Dulu karya tulis ini memiliki tujuan untuk memenuhi syarat mengikuti Pelaksanaan MawaPres (Mahasiswa Berprestasi) UNUD 2013 dimana karya tulis ini adalah versi kedua saat seleksi di tingkat Universitas dimana beda dengan versi pertama adalah versi pertama hanya menggantungkan modem diatas wajan sedangkan versi kedua membuat produk wajan bazoka dimana ada tempat menaruh modem. Cerita mengapa saya memilih topik ini karena dulu belum ada smartphone dan masih menggunakan modem (modulator demodulator) untuk koneksi Internet. Dulu saya sering diajak bermain video game online DOTA (Defense of The Ancient) tetapi memiliki masalah dengan stabilitas koneksi Internet (bukan kecepatan koneksi Internet). Cara mudah yang saya temui untuk meningkatkan kualitas sinyal modem adalah dengan menggunakan wajanbolic dimana saya sering mengutak-ngatik dan ide muncul mengenai mengapa tidak bikin karya tulis saja tentang ini. Karya tulis ini tidak pernah dipublikasi dimanapun dan saya sebagai penulis dan pemegang hak cipta melisensi karya tulis ini customized CC-BY-SA dimana siapa saja boleh membagi, menyalin, mempublikasi ulang, dan menjualnya dengan syarat mencatumkan nama saya sebagai penulis dan memberitahu bahwa versi asli dan terbuka tersedia disini.
Isu mengenai wajanbolic dapat menguatkan kuat sinyal yang diterima modem telah beredar luas di masyarakat, namun belum banyak yang membuktikannya secara sains. Pada karya tulis ini akan dibahas seberapa besar penguatan kuat sinyal pada modem dengan penunjukan angka yang pasti. Keunggulan dari karya tulis ini adalah besarnya manfaat bagi masyarakat pada kalangan manapun (terutama kalangan bawah). Pembuatan alat ini sangat mudah, memerlukan waktu yang singkat, dan bahannya relatif murah dan mudah diperoleh. Selain itu karya tulis ini menjelaskan bagaiman bisa terjadi penguatan kuat sinyal pada modem berdasarkan teori yang ada.
Bahan yang digunakan untuk membuat alat ini pada karya tulis ini adalah wajan parabola berdiameter 30 cm dan kedalaman 10 cm sebagai pemantul. Kotak silinder dengan diameter 10.8 cm panjang 26.6 cm sebagai feedernya. Bagian diatas titik fokus (5.625 cm) ditutup dengan aluminium. Modem ditaruh pada 1/3 panjang yang dibungkus aluminium dari atas. Pembuatan alat ini berdasarkan konsep antena parabola jenis front feed.
Hasil percobaan ini cukup memuaskan. Terjadi penguatan sekitar 8.67 dB. Walaupun secara teori seharusnya 11.764 dB (maksimal), hasil ini sangat memuaskan karena pembuatan alat ini yang mudah, cepat, dan murah. Sehingga karya tulis ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pembantu untuk membuat wajanbolic sendiri untuk keperluan dirumah. Secara ideal memang 11.764 dB penguatannya namun mungkin ada faktor lain yang menyebabkannya tidak sama dengan teori. Karya tulis ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat selain modem, atau membuat wajanbolic dengan bahan yang berbedan atau lain – lainnya.
Wajanbolic adalah alat yang dapat menguatkan kuat sinyal yang diterima oleh modem. Wajanbolic ini menggunakan konsep antena parabola. Penguatan (biasa disebut gain) antena parabola tergatung dari diameter antena, frekuensi sinyal dan pola radiasi.
Isu ini telah banyak beredar di kalangan masyarakat, terutama kalangan muda yang telah banyak memanfaatkan ide kreatif ini, membuat wajanbolic sendiri dari bahan bekas atau sederhana. Oleh karena itu wajanbolic ini sering dimasukkan dalam kategori homebrew antenna (antena buatan sendiri untuk keperluan di rumah). Di Indonesia bahan dasar untuk membuat wajanbolic ini adalah wajan yang kira – kira harganya Rp 30000. Bahan lain adalah pipa paralon atau kotak berbentuk silinder, usb extender, dan aluminium foil. Alat bantu lain seperti gunting, tape, cutter, dan lain – lain untuk membantu proses pembuatan wajan bolic. Semua alat dan bahan kecuali modem keseluruhan tidak mencapai Rp 200000. Untuk membuat alat ini, barang – barang bekas dapat digunakan, jika demikian maka tidak diperlukan pengeluaran dan hemat biaya.
Secara spesifik banyak yang belum mengetahui seberapa besar penguatan sinyal yang terjadi dan belum 100% dijamin bahwa wajanbolic ini dapat menguatkan sinyal secara signifikan. Menurut teori atena parabola, penguatan akan semakin besar bila diameter semakin besar, frekuensi semakin tinggi dan pola radiasi yang lebih terarah (sempit, effisien).
Oleh karena itu pada penelitian ini akan diteliti penguatan sinyal yang terjadi pada modem jika menggunakan wajanbolic dengan mengkaitkan teori antena parabola.
Menyelidiki pengaruh kuat sinyal modem dengan menggunakan wajanbolic.
Isi BAB 2 ini sama dengan isi BAB 2 pada versi 1 dengan tambahan subbab berikut:
Feed antenna biasanya beroperasi pada 0.6 λ – 0.75 λ. Gambar sebagai berikut:
Gambar 2.25 Ilustrasi feed antenna
Diameter antena minimal 0.6 λ dan maksimal 0.75 λ. Panjang minimal kaleng dinyatakan dengan rumus berikut (Purbo, 2011):
L = 0.75λ / √1-(λ/1.706D)
Dimana:
λ = panjang gelombang (cm) = 15.385 cm
D = diamter feeder (cm) = 10.8 cm
Pemancar nirkabel diletakkan pada S = 1/3 L
Penelitian dilakukan di rumah peneliti, di Jln. Kusuma Bangsa 5, Denpasar, Bali. Waktu penelitian pada hari Minggu – Selasa, tanggal 10 – 12 Maret 2013, pada jam 10:00 – 10:30.
Berikut adalah alat yang digunakan untuk penelitian:
Berikut merupakan bahan yang digunakan untuk membuat wajanbolic:
Gambar 3.1 Desain wajanbolic
Pengukuran dilakukan pada penempatan modem dengan wajanbolic dimana terjadi penguatan sinyal yang palin besar. Setelah itu diukur perbedaan kuat sinyal modem tanpa wajanbolic dan dengan wanjanbolic. Nilai kuat sinyal dilihat dengan software MDMA (Mobile Data Monitoring Aplication).
Gambar 3.2 Modem tanpa wajanbolic (kiri) dan dengan wajanbolic (kanan)
Data hasil penelitian hari 1:
Gambar 3.3 Kuat sinyal modem tanpa wajanbolic (kiri) dan dengan wajanbolic (kanan) 1
Data hasil penelitian hari 2:
Gambar 3.4 Kuat sinyal modem tanpa wajanbolic (kiri) dan dengan wajanbolic (kanan) 2
Data hasil penelitian hari 3:
Gambar 3.5 Kuat sinyal modem tanpa wajanbolic (kiri) dan dengan wajanbolic (kanan) 3
Perhitungan penguatan dilakukan dengan diferensiasi kuat sinyal tanpa wajanbolic dan dengan wajanbolic. Contoh perhitungan pada data pertama:
Diketahui kuat sinyal yang diterima pada modem adalah -85 dBm. Setelah dipasang wajanbolic maka kuat sinyal yang diterima pada modem menjadi -75 dBm. Maka penguatannya adalah (-85dBm) – (-75dBm) = 10 dB.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Data | Tanpa Wajanbolic | Dengan Wajanbolic | Penguatan |
---|---|---|---|
1 | -85 dBm | -75 dBm | 10 dB |
2 | -79 dBm | -73 dBm | 6 dB |
3 | -81 dBm | -71 dBm | 10 dB |
Rata - rata | 8.67 dB |
Berdasarkan rumus 2.4:
Gmax dB = 10log10eff(πD/λ)2
Effisiensi antena parabola jenis front feed adalah 0.4 (Purbo, 2011). Maka secara teori gain sebesar:
Gmax dB = 10log10 0.4((3.14)(0.3 m)/(0.15385 m))2 = 11.764 dB
Persentase kesalahan dihitung dengan rumus:
%Kesalahan= | (Teori-Hasil)/Teori |
Maka:
%Kesalahan = | (11.764-8.67)/11.764 | = 26.3% |
Teori | Hasil | %Kesalahan |
---|---|---|
11.764 dB | 8.67 dB | 26.3% |
Perbandingan hasil dengan teori tidak besar. Walaupun demikian peningkatan sebesar 8.67 dB itu besar dan memuaskan. Sehingga alat ini layak untuk digunakan.
Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan wajanbolic dapat memperkuat kuat sinyal yang diterima oleh modem. Penguatan yang didapatkan adalah 8.67 dB. Walaupun tidak sebesar perhitungan secara teori yaitu 11.674 dB, penguatan 8.67 dB merupakan penguatan besar dan memuaskan. Keunggulan dari alat ini adalah alat dan bahan memiliki harga (nilai nominal) yang murah dan banyak tersedia di pasar, sehingga mudah untuk diperoleh. Walaupun bahan yang digunakan bersifat murahan, manfaat yang didapatkan dari menggunakan alat ini besar. Bagi para konsumen yang di lingkungannya mendapat sinyal yang lemah maka alat ini dapat membantu. Selain itu pembuatan alat ini mudah dan membutuhkan waktu relatif singkat.
Disarankan agar hasil penulisan ini disebarkan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama mereka yang kualitas kuat sinyal yang didapatkan lemah. Disarankan juga dapat dijadikan penelitian lebih lanjut dengan melakukan di tempat bersifat blank zone (daerah kualitas sinyal tidak baik), menggunakan pemancar lain selain modem (disarankan pada frekuensi yang berbeda), lebih terperinci dengan memperhitungkan posisi BTS (Base Transmission Station) dan memperhitungakan sudut elevasi dan azimut penembakan sinyal, menggunakan bahan yang berbeda (mungkin berkualitas tinggi sehingga alat lebih sempurna), meneliti pada jaringan yang berbeda (buka 3G) atau hal – hal lainnya.